This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Soal PAS Kelas III Tema 2

Soal PAS Kelas III Tema 2
Soal PAS Kelas III Tema 2


Berikut adalah salah satu contoh Soal PAS Kelas III Tema 2 

Unduh soal dengan mengklik tombol DOWNLOAD di bawah ini!




Organ Gerak Hewan


Pernahkah kalian mengamati hewan-hewan di sekitar kalian. Bentuk tubuh hewan sangat beragam, begitu pula organ geraknya. Ada hewan yang dapat terbang, ada hewan yang hidup di air dan bergerak dengan cara berenang, ada pula hewan yang merayap di atsa permukaan tanah. Coba perhatikan hewan dalam video di bawah ini. Perhatikanlah bagaimana hewan dalam video tersebut bergerak!


Tahukah kamu hewan apa yang ada di dalam video di atas?

Itu adalah tawon. Tawon merupakan salah satu hewan yang dapat terbang. Tawon mengepak-kepakkan sayapnya dengan cepat untuk dapat terbang. 

Perhatikan juga hewan dalam video di bawah ini!


Burung-burung, termasuk yang ada di dalam video di atas juga dapat terbang. Namun bentuk tubuh dan organ gerak burung sangat berbeda dengan tawon. Di dalam tubuh dan sayap burung terdapat tulang-tulang yang sangat berperan dalam gerakan burung, sedangkan dalam tubuh tawon tidak terdapat tulang. Hewan memang ada yang memiliki rangka dalam (tulang-tulang) , dan ada yang tidak. Hewan yang memiliki rangka dalam, disebut hewan vertebrata, sedangkan hewan yang tidak memiliki rangka dalam, disebut hewan avertebrata, atau invertebrata.

Kalian perlu tahu, ciri yang membedakan hewan vertebrata dan hewan invertebrata.

Ciri hewan vertebrata (hewan bertulang belakang):

         memiliki tulang belakang

         hewan besar dan bergerak cepat

         mata tidak majemuk

         Peredaran darah tertutup

         Memiliki organ yang kompleks dan sangat spesifik dengan fungsi yang ditentukan

 

Organ gerak hewan vertebrata
Organ gerak hewan vertebrata

Ciri hewan avertebrata (hewan tak bertulang belakang):

         Tidak memiliki tulang belakang

         hewan kecil dan bergerak lambat

         memiliki mata majemuk

         Peredaran darah terbuka

         sistem saraf yang sederhana dan tidak terorganisir

Organ gerak hewan avertebrata
Organ gerak hewan avertebrata


Tuhan memang Maha Bijaksana dan Maha Kuasa bukan?

Hewan vertebrata banyak yang tubuhnya berukuran besar, sehingga dibutuhkan organ gerak yang lebih kuat, sehingga diciptakan Tuhan dengan rangka dalam yang mereka butuhkan untuk dapat bergerak, sedangkan hewan avertebrata yang ukuran tubuhnya kecil, diciptakn tanpa rangka dalam, sehingga mereka dapat bergerak dengan lebih mudah dan ringan.

Subhanalloh.....

Peran Penting Guru Sebagai Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

 Koneksi Antar Materi Modul 3.2

PERAN PENTING GURU SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN  
DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA


Guru Sebagai Pemimpin Pembelajaran  dalam Pengelolaan Sumber Daya

Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan, yang bertujuan menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi siswa-siswinya, mengembangkan potensi dan kekuatan yang dimilikinya agar siswa dapat meraih kebahagiaan dan kesuksesan, juga menjadi anggota masyarakat yang cakap dan berkarakter. Sebagai sebuah komunitas, dalam mencapai tujuannya, senantiasa terjadi interaksi antara berbagai komponen di dalam sekolah. Komponen sekolah sendiri, dapat dibedakan menjadi komponen manusia, dan faktor-faktor pendukung. Sumber daya manusia dan faktor pendukung berupa keuangan maupun sarana dan prasarana merupakan aset atau modal utama bagi sekolah. Baik komponen yang berupa sumber daya manusia, maupun komponen  pendukung seperti sarana dan prasarana atau keuangan diharapkan mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis, agar tujuan sekolah dapat tercapai. 

Diantara keseluruhan modal/aset sekolah, manusia, terutama guru, memegang peran kunci yang menentukan keberhasilan sekolah. Guru sebagai manusia dengan bekal cipta, rasa, dan karsa yang dikaruniakan Tuhan, memiliki kemampuan mengelola segala sumber daya yang dimiliki untuk sebaik-baik kepentingan muridnya. Hal tersebut merupakan bagian dari peran guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru juga dituntut mampu mengelola seluruh sarana dan prasarana maupun dana yang dimiliki untuk mengembangkan potensi siswa semaksimal mungkin, baik di dalam kelas, di dalam sekolah, maupun dalam lingkungan yang lebih luas yakni di dalam masyarakat sekitar sekolah. 


Gambar    1  Peran penting guru sebagai pengelola sumber daya pembelajaran


Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, aset atau modal utama dikelompokkan menjadi 7 (tujuh), yaitu: modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, dan modal agama dan budaya. Diantara ketujuh modal tersebut, modal manusia, modal fisik dan finansial merupakan komponen yang terpenting di sekolah. Modal manusia atau sumber daya manusia yang berkualitas, sangat penting. Dengan segenap potensi yang dimiliki, manusia dapat mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan potensi-potensi yang lain, apalagi jika didukung modal fisik (sarana dan prasarana) dan modal finansial yang memadai.  

Gambar    2  Aset Utama Komunitas

Dalam pengelolaan dan pengembangan aset, ada beberapa pendekatan yang dapat dipilih. Pengelolaan aset secara konvensional lebih banyak menggunakan pendekatan berbasis defisit, namun dewasa ini Asset-Based Community Development (ABCD) dipercaya lebih mampu membawa dampak positif dibandingkan pendekatan konvensional. Sebagai sebuah kerangka kerja yang dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010) merupakan kritik terhadap pendekatan konvensional yang menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain.

Asset-Based Community Development (ABCD) atau Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir positif mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif. Jika pendekatan tersebut diadaptasi ke dalam kelas, untuk menjadikan siswa lebih produktif, maka yang dilakukan adalah berfokus pada kelebihan atau potensi-potensi yang dimiliki murid, dan bukan pada kekurangan-kekurangan yang mereka miliki. Murid diajak untuk mengoptimalkan kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki, agar dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan di masa yang akan datang. 


Gambar    3  Berfikir berbasis aset vs berfikir berbasis defisit


Hubungan PKBA dan Konsep Ki Hajar Dewantara

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) sangat relevan dengan konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, dimana tujuan pendidikan menurut KI Hajar adalah untuk mengembangkan kodrat alam murid semaksimal mungkin. Kodrat alam atau potensi, bakat dan kecenderungan murid merupakan aset yang dimiliki murid. Sangat mengagumkan, bagaimana Ki Hajar Dewantara beberapa dekade yang lalu telah menerapkan pengembangan berbasis aset. Dalam mendidik murid, Bapak Pendidikan Indonesia tersebut menekankan agar guru mendukung tumbuh kembangnya potensi yang dimiliki anak melalui sistem momong, among, dan ngemong. Dimana murid tidak dipandang sebagai objek pendidikan, melainkan subjek yang dibimbing dan diarahkan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi dalam dirinya.


Hubungan Inkuiri Apresiatif, BAGJA dan PKBA

Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara tidak terbatas pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan, namun yang justru sangat penting menurut beliau adalah pengembangan karakter atau budi pekerti. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan budaya positif di sekolah, agar kebiasaan baik yang dibudayakan tersebut berkembang menjadi karakter. Dalam pengembangan budaya positif di sekolah, salah satu pendekatan yang disarankan adalah BAGJA. BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif, pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan. Inkuiri apresiatif melalui pendekatan dan langkah-langkah BAGJA juga menggunakan prinsip psikologi positif, yang berfokus pada kekuatan. Jadi BAGJA memiliki persamaan dengan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Oleh karena itu, langkah-langkah BAGJA dapat diterapkan dalam upaya pengembangan komunitas melalui Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA).


Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) dalam Kerangka Diferensiasi

Salah satu langkah penting Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) adalah pemetaan aset. Dalam proses pemetaan komunitas sekolah menginventarisir seluruh aset/ modal yang dimiliki termasuk modal manusia. Modal manusia yang dimiliki sekolah antara lain guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, murid, orang tua dan tokoh masyarakat, serta pengawas sekolah. Masing-masing komponen tentu memiliki potensi yang berbeda-beda, dengan bentuk dukungan yang juga beragam bentuknya bagi sekolah. Proses pemetaan modal yang dimiliki sekolah, sesungguhnya juga merupakan pemetaan diferensiasi dari semua komponen modal yang dimiliki. 

Dari proses pemetaan, selanjutnya melalui tahapan BAGJA, digali mimpi bersama mengenai kondisi ideal yang diharapkan atau akan diwujudkan. Mimpi yang dirumuskan bersama tersebut tentu adalah kondisi yang dapat mengakomodasi keberagaman yang ada, diupayakan bersama, dan diharapkan dapat membawa kebaikan bagi semua pihak.


Mewujudkan Pembelajaran Sosial Emosional dan Berdiferensiasi melalui Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) 

Dalam pembelajaran sosial emosional dan berdiferensiasi, selain pengkondisian kegiatan pembelajaran, aspek-aspek emosi dan interaksi sosial di kelas dan sekolah, hal yang tidak kalah penting adalah pengaturan lingkungan belajar serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran tersebut. Namun demikian, kondisi riil di sekolah tidak selalu ideal. Tidak semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersedia. Selain itu aspek emosi dan interaksi sosial juga tidak selalu seideal yang diharapkan. Namun demikian kekurangan-kekurangan tersebut tidak harus selalu menjadi hambatan. Melalui Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), komunitas sekolah dapat mengupayakan kondisi ideal yang diharapkan atau setidaknya mendekati kondisi tersebut. Bersama-sama seluruh komponen sekolah dapat menggali potensi-potensi yang ada, yang dapat diberdayakan untuk membawa sekolah ke arah yang lebih baik.


Hubungan PKBA dan Coaching

Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) melalui langkah BAGJA merupakan  pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan. Pendekatan tersebut melibatkan seluruh komponen dalam komunitas. Dalam praktek di sekolah, guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran tidak harus menjadi penentu segala kegiatan dan keputusan. Akan lebih berdampak pada peningkatan potensi murid, bila dalam kegiatan yang dilaksanakan guru bertindak sebagai coach yang menggali dan mengembangkan kekuatan peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaan pembimbing, sehingga guru dapat memaksimalkan potensinya sendiri. Guru dapat mengambil peran ing madya mangun karsa dan tutwuri handayani, sehingga murid dapat meraih keberhasilan dan menemukan solusi dengan kemampuannya sendiri.


Guru Sebagai Pemimpin Pembelajaran dan Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Dalam setiap program dan kegiatan sekolah, termasuk dalam PKBA masalah, tantangan, dan hambatan sering kali muncul. Meskipun program telah dirancang dengan matang, pengorganisasian seluruh komponen telah dilakukan dengan usaha maksimal, terkadang ada saja hal-hal tidak terduga terjadi. Terkadang guru juga dihadapkan situasi-situasi sulit, baik terkait bujukan moral, maupun dilema etika. Dalam menghadapi situasi-situasi tersebut, kemampuan guru dalam mengambil keputusan diuji. Seorang pemimpin pembelajaran yang baik harus mampu mengambil keputusan dengan bijak, mempertimbangkan sisi positif dan negatif dari setiap keputusan dengan matang. Mempergunakan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, dapat membantu guru sehingga ia dapat memutuskan pilihan mana yang lebih baik dalam keberpihakan kepada murid. 


Modul 3.2 dan Dampaknya 

Sebelum mempelajari modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya lebih banyak berpikir dengan berorientasi pada defisit, baik dalam menjalankan tugas di sekolah maupun dalam kehidupan pribadi saya. Saya lebih banyak melihat apa yang kurang, permasalahan, dan hal-hal yang perlu diperbaiki, baru kemudian berusaha menemukan solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut, dalam mengupayakan perbaikan. 

Mempelajari modul 2.3 sedikit banyak merubah paradigma saya. Saya mulai berfikir, jika berfokus pada kelebihan, potensi, serta hal-hal positif lainnya, dan mengabaikan masalah-masalah yang ada, mungkin akan membawa dampak yang lebih baik. Berpikir mengenai kelebihan akan memberi lebih banyak energi positif dan semangat untuk lebih maju, dibandingkan berpikir sebaliknya.  Melakukan perubahan atas kebiasaan yang sudah mendarah daging tentu tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin. Sedikit demi sedikit saya akan mencoba merubah cara berpikir saya dan saya berharap hal tersebut akan membawa dampak yang baik bagi diri saya sendiri maupun murid-murid saya di masa yang akan datang.



Bagaimana Tubuh Kita Bisa Bergerak?

 Kompetensi:

3.1 Menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan alat gerak manusia.


Sebelum kita mulai elajar tentang oragan gerak, perhatikan gambar di bawah ini!

Bagaimana Tubuh Kita Bisa Bergerak?
Bagaimana Tubuh Kita Bisa Bergerak?

Aktivitas apa yang sedang dilakukan orang-orang pada gambar di atas? Iya, benar! Gotong-royong. Gotong royong merupakan tradisi bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai Pancasila sila ke 5. Selain membuat pekerjaan yang berat menjadi ringan, dengan bergotong-royong, persatuan dan kesatuan di antara warga masyarakat akan semakin terjalin. Apakah kalian pernah ikut dalam kegiatan gotong royong?

Saat bergotong-royong  seperti yang dicontohkan dalam gambar kita akan banyak bergerak. Kamu dapat bergerak berkat beberapa bagian tubuhmu bergotong-royong/ bekerja sama membentuk sistem gerak juga lho!

Bagaimana tubuh kita bisa bergerak?

Mari kita pelajari bersama, melalui video berikut ini!

 


Jadi bagaimana tubuh kita dapat bergerak? Kita dapat bergerak berkat kerja sama tulang dan otot.  Bergerak adalah kegiatan berpindah tempat atau berubah posisi baik sebagian atau seluruh tubuh. 

Bergerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Manusia punya kesamaan dengan hewan dalam bergerak. Manusia dan hewan menggunakan organ gerak untuk bergerak, seperti berlari, berjalan, memanjat, hingga banyak gerakan lain. Kesamaan lainnya antara manusia dan hewan adalah alat gerak yang dibagi menjadi dua, yaitu alat gerak pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot.

Tulang disebut sebagai alat gerak pasif karena tulang tidak bisa bergerak sendiri. Sedangkan otot merupakan alat gerak aktif karena otot bisa menggerakkan tulang.

Menuju Merdeka Belajar

 

Menuju Merdeka Belajar
Menuju Merdeka Belajar

 

Beberapa hal yang diharapkan oleh Kemendikbud pada para pendidik, khususnya guru penggerak kelak adalah meningkatnya kompetensi guru dan kepala sekolah. Guru dan kepala sekolah diharapkan menjadi SDM unggul yang berkompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila, sehingga mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang berdaya dan berkomitmen dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar murid. Dengan demikian, transformasi pendidikan menuju merdeka belajar yang dicita-citakan dapat terwujud. 

Untuk dapat mewujudkan, transformasi pendidikan menuju merdeka belajar, Guru penggerak diharapkan memiliki empat kompetensi, yakni kemampuan mengembangkan diri dan orang lain, kemampuan mengelola pembelajaran yang berpusat pada anak, kemampuan manajemen memimpin sekolah serta kemampuan manajemen pengembangan sekolah. Dengan menguasai keempat kompetensi tersebut, guru penggerak diharapkan dapat menjadi agen perubahan dari lingkungan terdekatnya, yang kemudian dapat menginspirasi orang lain untuk turut bergabung dan pada akhirnya dapat menimbulkan gerakan perubahan yang masif dan nyata.

Guru penggerak adalah SDM unggul yang berkompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Ada beberapa nilai yang perlu ada pada diri setiap guru penggerak agar dirinya dapat menginspirasi. Nilai-nilai tersebut adalah mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Seorang guru penggerak harus mandiri, tidak hanya bisa menunggu perintah untuk melakukan suatu yang memang perlu untuk dilakukan. Ia adalah seseorang yang mampu merefleksi diri dan menemukan kekurangan serta kelebihannya, untuk dijadikan acuan dalam berinovasi, berupaya merubah keadaan ke arah yang lebih baik. Guru penggerak juga harus bersedia dan mampu berkolaborasi dengan rekan sejawat, wali murid, juga masyarakat sekitar demi mewujudkan sebaik-baik hajat anak didiknya.

Nilai-nilai guru penggerak, dapat dipelajari dari konsep-konsep yang dikembangkan KI Hajar Dewantara. Pemikiran tokoh pendidikan Indonesia yang visioner tersebut perlu digali lebih dalam, agar dapat dijadikan acuan. Tentu saja masa hidup KI Hajar Dewantara, jauh berbeda dengan masa kini, namun demikian banyak nilai-nilai positif yang ternyata masih sangat relevan. Konsep beliau tentang merdeka belajar, pembelajaran yang berpusat pada anak, juga pembelajaran yang diselaraskan dengan kodrat alam dan kodrat zaman adalah beberapa contohnya. Oleh karena itulah, sangat tepat jika menggali dan mempraktekkan pemikiran-pemikiran KHD dalam bidang pendidikan menjadi salah satu tahap pendidikan guru penggerak.


Soal PTS PAI Kelas 5 Semester 2

Soal PTS PAI Kelas 5 Semester 2
Soal PTS PAI Kelas 5 Semester 2

 

Berikut adalah contoh soal Soal PTS PAI Kelas 5 Semester 2:


Untuk mengunduh soal, silahkan klik tautan di bawah ini:



Soal Tematik Kelas 5 Semester 1 Tema 1

 

Soal Tematik Kelas 5 Semester 1 Tema 1
Soal Tematik Kelas 5 Semester 1 Tema 1



Berikut adalah contoh soal tematik kelas 5 semester 1, tema 1 Organ gerak manusia dan hewan

Untuk mengunduh soal, silahkan klik tautan di bawah ini!

DOWNLOAD ISINI