This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Mewujudkan Merdeka Belajar Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

 A.   Apa dan Mengapa Harus Berdiferensiasi

Salah satu bukti Kemahakuasaan Tuhan adalah bahwa setiap individu yang diciptakan Tuhan adalah unik. Meskipun memiliki beberapa kesamaan, tak ada satu individu pun yang benar-benar sama dengan orang lain, (baik dalam ciri fisik, minat maupun karakter. Keberagaman tersebut juga pasti akan ditemukan guru di kelas. Setiap murid memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, baik dalam kesiapan, minat, maupun gaya belajar. Keunikan setiap murid di kelas, harus menjadi pertimbangan guru dalam merancang strategi pembelajaran. Penentuan kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan kurikulum haruslah bertolak dari pemetaan kebutuhan belajar murid, dengan demikian strategi, metode, maupun media yang dimanfaatkan memungkinkan setiap individu aktif belajar di kelas berkembang secara optimal.

Mewujudkan Merdeka Belajar  Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Apa dan Mengapa Harus Berdiferensiasi


Menurut ASDC (Assosiation of Supervisor and Curiculum Development) bentuk pengajaran yang berusaha memaksimalkan pertumbuhan setiap murid dengan berusaha mengerti murid itu sampai tingkat dimana dan lalu membantunya untuk maju disebut pembelajaran berdiferensiasi (ASDC dalam Kaufeld: 2005). Lebih lanjut, Tomlinson dan Eidson (2003) menyatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi pada jenjang Sekolah Dasar adalah pembelajaran yang secara proaktif melibatkan murid selama prosesnya, serta memandang kelas-kelas Sekolah Dasar sebagai kelas yang memadukan berbagai kesiapan, minat, dan bakat belajar murid. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat diketahui, salah ciri pembelajaran berdiferensiasi adalah berpusat pada murid. Pembelajaran direncanakan dengan cermat dan strategis berdasarkan upaya memahami murid secara utuh, serta menempatkan gaya belajar, intelegensi, kemampuan awal, dan berbagai karakteristik belajar murid sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, sesungguhnya pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang baru. Sejak masa awal kemerdekaan ide yang sama sudah diusung Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”. Selain pria bernama asli Soewardi Surjaningrat itu berulang kali menekankan apa yang disebutnya 'kemerdekaan dalam belajar'.

Mewujudkan Merdeka Belajar  Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Differensiasi Pembelajaran


Menurut Ki Priyo Dwiyarso, makna kemerdekaan belajar yang diusung Ki Hadjar Dewantara yakni bagaimana membentuk manusia harus dimulai dari mengembangkan bakat. "Jadi yang punya kehendak itu muridnya, bukan pamong gurunya, dosennya, yang memaksakan kamu harus jadi hijau, harus jadi merah. Untuk itu kemudian timbul Tut Wuri Handayani” demikian ungkap Anggota Majelis Luhur Taman Murid, tersebut. Masih menurut Ki Priyo, Tut Wuri Handayani berarti mendorong dan menguatkan. Namun, menurut beliau, cara mendorong dan memberi kekuatan belajar tak boleh sembarangan. Rentang kendali harus tetap ada, karena bagaimanapun anak masih memerlukan bimbingan, dan arahan.

Berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, bakat lah yang menjadi kiblat bagi seorang pendidik. Guru harus jeli menelisik kebutuhan anak didik, potensi apa yang harus didorong, dikuatkan dan dikembangkan dari murid-muridnya. Disitulah pembelajaran berdiferensiasi berperan. Berdasarkan pemetaan kebutuhan belajar setiap peserta didiknya, guru dapat menerapkan diferensiasi pembelajaran. Penerapan diferensiasi dalam proses pembelajaran tidak berarti seorang guru harus melayani setiap keberagaman secara individu. Diferensiasi dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pilihan berdasarkan pertimbangan karakteristik murid dalam kerangka kurikulum. Pemberian pilihan-pilihan disini diharapkan tetap mengacu pencapaian kurikulum, namun kemerdekaan murid untuk belajar sesuai minat, bakat, dan kesiapannya tetap terjamin.

 

B.    Ragam Diferensisi Pembelajaran

Diferensiasi pembelajaran dapat dilaksanakan melalui beberapa strategi. Beberapa strategi pembelajaran berdiferensiasi diantaranya diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.

 

1.    Diferensiasi Konten

Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap minat atau profil belajar murid yang berbeda. Diferensiasi konten juga dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan kombinasi dari ketiga faktor tersebut.

Dalam hal kesiapan, saat memasuki kelas, mungkin sebagian murid kita sudah dibekali pengetahuan prasarat yang dibutuhkan untuk mempelajari yang akan kita ajarkan, tapi mungkin sebagain tidak. Sebagian yang lain, bahkan mungkin memiliki beberapa hambatan, misalnya cacat fisik, keterbelakangan mental, atau hambatan lainnya. Menghadapi kondisi semacam itu, kita sebagai seorang guru dapat melaksanakan diferensiasi konten. Kita dapat memberikan materi dengan tingkat kesulitan yang berbeda, sesuai kesiapan anak. Dengan demikian guru telah menerapkan diferensiasi konten berdasarkan kesiapan belajar murid.

Diferensiasi konten juga dapat dilakukan berdasarkan minat, misalnya dengan menghubungkan meteri pelajaran dengan minat murid. Sebagai contoh saat akan mengajarkan mengenai energi kalor, guru dapat menghubungkannya dengan pemanfaatan kalor dalam pembuatan gamelan untuk menarik murid yang memiliki minat dalam bidang seni musik, menghubungkan dengan proses pembuatan makanan, untuk murid yang memiliki minat berkaitan dengan kuliner, atau menghubungkan dengan kegiatan olah raga untuk anak-anak ang memiliki minat dalam bidang tersebut.

 Strategi diferensiasi konten sesuai gaya belajar murid dilakukan dengan memastikan murid dapat mengakses materi dengan cara yang mereka sukai. Murid yang auditori dimungkinkan mengakses meteri pelajaran melalui audio. Murid yang visual, disediakan materi dalam bentuk grafik atau gambar, sedangkan murid yang kinestetik diberikan kesempatan untuk menanggapi materi yang sedang dipelajari dengan respon tubuh tertentu.

 

 

2.    Diferensiasi Proses

Setelah memetakan kebutuhan belajar murid, langkah selanjutnya yang harus dilakukan guru adalah merancang strategi pembelajaran yang tepat. Guru perlu memikirkan bagaimana kebutuhan belajar siswa harus dipenuhi. Guru perlu mempertimbangkan cara terbaik yang dapat memastikan siswa belajar, apak itu melalui pembelajaran individu, atau kooperatif. Guru perlu juga memikirkan seberapa banyak bantuan yang perlu diberikan. Oleh karena siswa dalam kelas beragam, maka guru perlu mempertimbangkan untuk mengkombinasikan berbagai kegiatan belajar, sehingga strategi embbelajaran yang dirancang dapat mengakomodasi berbagai kebtuhan belajar.

 

3.    Diferensiasi Produk

Strategi diferensiasi yang ke tiga adalah diferensiasi produk. Produk dapat mencerminkan pemahaman, dan aplikasi dalam bentuk yang luas, juga merupakan elemen kurikulum yang paling langsung dapat dimiliki oleh murid. Untuk mengakomodasi ragam kebutuhan belajar siswa, guru dapat memberikan beberapa pilihan penugasan bagi murid. Diferensiasi produk meliputi dua hal, yakni: memberikan tantangan dan keragaman/ variasi, serta memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan hasil pembelajaran dengan cara yang diingikan. Satu hal yang penting dalam diferensiasi produk adalah bahwa guru perlu menentukan dan mengkomunikasikan apa sebenarnya ekspektasi yang diharapkan dari murid, misalnya kualitas seperti apa yang diharapkan, konten apa yang harus ada dalam produk, bagaimana mereka harus mengerjakannya, dan apa sifat produk akhir yang diharapkan.

  

Referensi

Kaufeldt, Martha. (2008). Wahai Para Guru Ubahlah Cara Mengajarmu: Perintah pengajaran yang Berbeda – beda Sesuai dengan otak. Jakarta:PT.Indeks

Contoh Kegiatan Pembelajaran Sosial Emosional: Mindset Tumbuh vs Minset Tetap

Mindset Tumbuh vs Minset Tetap
Mindset Tumbuh vs Minset Tetap


Pembelajarn Sosial Emosional dapat dilaksanakan sebagai kegiatan rutin, terintegrasi dalam pembelajaran, maupun sebagai protokol di sekolah. Berikut ini adalah salah satu contoh penerapan pembelajaran sosial emosional sebagai kegiatan rutin atau pembiasaan


Tujuan pembelajaran

Siswa akan menonton video, berpartisipasi dalam diskusi, dan menyelesaikan kegiatan agar dapat mendefinisikan dan mempraktikkan mindset tumbuh.

 

Langkah Pembelajaran (20 menit)

  • Satukan kelas dalam lingkaran, baik berdiri atau duduk.
  • Jelaskan bahwa hari ini, kita akan melihat cara-cara kita menghadapi tantangan dan akan memulai kelas dengan suatu kegiatan.
  • Beri semua siswa tali yang diikat menjadi simpul.
  • Beri tahu mereka bahwa tujuan mereka adalah melepaskan setiap simpul dari tali dalam dua menit.
  • Mintalah siswa untuk memulai, dan mengatur penghitung waktu.
  • Opsional: Putar lagu "Eye of the Tiger" oleh Survivor.
  • Sewaktu siswa berusaha melepaskan ikatan, mintalah mereka untuk memperhatikan pikiran dan pola pikir mereka. Apakah mereka berpikir "Saya tidak bisa melakukan ini" atau "Ini mudah"?
  • Beri tahu mereka saat mereka memiliki sisa 20 detik.
  • Matikan musik setelah dua menit berlalu, dan beri tahu kelas untuk berhenti saat itu juga.
  • Minta mereka untuk memperhatikan apakah mereka merasa kecewa, atau jika mereka memiliki pemikiran yang mengecewakan karena mereka belum menyelesaikannya. Atau apakah mereka merasa bangga karena berhasil menyelesaikan tugas?
  • Jelaskan bahwa hari ini mereka akan mempelajari dan mendiskusikan "mindset berkembang".
  • Mintalah mereka untuk mengangkat tangan jika mereka pernah mendengar istilah "mindset berkembang" sebelumnya.
  • Tulislah "Pola Pikir Pertumbuhan" di papan tulis.
  • Tanyakan kepada siswa menurut mereka apa arti kata tersebut.
  • Selanjutnya, tulislah "Pola Pikir Tetap" di papan tulis, dan tanyakan kepada anggota kelas apakah mereka pernah mendengar istilah ini sebelumnya.
  • Tanyakan kepada mereka apa yang menurut mereka berarti "mindset tetap".
  • Putar video "Mindset Pertumbuhan vs. Pola Pikir Tetap".
  • Saat mereka menonton video, mintalah siswa untuk membuat catatan yang menjelaskan setiap pola pikir.
  • Setelah video, mintalah setiap orang untuk maju ke papan tulis dan menulis setidaknya satu hal yang mereka pelajari tentang masing-masing pola pikir (di bawah tempat Anda sebelumnya menulis "Pola Pikir Pertumbuhan" dan "Pola Pikir Tetap").
  • Mintalah sukarelawan siswa untuk maju dan memberi pendapat tentang apa yang kelas tulis di papan tulis.
  • Bagikan dan tulis definisi mindset berkembang berikut ini: Ketika seseorang yakin mereka dapat berkembang dan belajar dengan kerja keras dan dedikasi, dan mereka melihat kegagalan sebagai kesempatan belajar.

Rencana Pembelajaran Lengkapnya adalah sebagai berikut:




Video Mindset Tetap vs Mindset Tumbuh dalam bahasa Indonesia:




Sumber: https://www.education.com/lesson-plan/growth-mindset/



Bagaimana Sekolah Dapat Mendukung Pembelajaran Sosem

 

 Skema Srategi Pembelajaran Sosem


Peran Sekolah

Di tingkat sekolah, strategi Pembelajaran Sosem biasanya dalam bentuk kebijakan, praktik, atau struktur yang terkait dengan iklim dan layanan dukungan siswa (Meyers et al., In press). Iklim dan budaya sekolah yang aman dan positif secara positif mempengaruhi hasil akademik, perilaku, dan kesehatan mental bagi siswa (Thapa, Cohen, Guffey, & Higgins-D'Alessandro, 2013). Pimpinan sekolah memainkan peran penting dalam mendorong aktivitas sekolah dan kebijakan yang mempromosikan lingkungan sekolah yang positif, seperti membentuk tim untuk menangani iklim bangunan; pemodelan dewasa kompetensi sosial dan emosional; dan mengembangkan norma, nilai, dan harapan yang jelas bagi siswa dan anggota staf.


Kebijakan disiplin yang adil dan merata serta praktik pencegahan intimidasi lebih efektif daripada metode perilaku murni yang mengandalkan penghargaan atau hukuman (Bear et al., 2015). Pimpinan sekolah dapat mengatur kegiatan yang membangun hubungan positif dan rasa kebersamaan di antara siswa melalui struktur seperti pertemuan pagi yang dijadwalkan secara teratur atau nasihat yang memberikan siswa kesempatan untuk terhubung satu sama lain.


Komponen penting dari Pembelajaran Sosem di seluruh sekolah melibatkan integrasi ke dalam sistem dukungan bertingkat. Layanan yang diberikan kepada siswa oleh para profesional seperti konselor, pekerja sosial, dan psikolog harus selaras dengan upaya universal di kelas dan gedung. Seringkali melalui kerja kelompok kecil, profesional dukungan siswa memperkuat dan melengkapi instruksi berbasis kelas untuk siswa yang membutuhkan intervensi dini atau perawatan yang lebih intensif.



Membangun Kemitraan Keluarga dan Komunitas dalam Pembelajaran Sosem

Kemitraan keluarga dan komunitas dapat memperkuat dampak pendekatan sekolah untuk memperluas pembelajaran ke rumah dan lingkungan sekitar. Anggota masyarakat dan organisasi dapat mendukung upaya kelas dan sekolah, terutama dengan memberikan siswa kesempatan tambahan untuk menyempurnakan dan menerapkan berbagai keterampilan Pembelajaran Sosem (Catalano et al., 2004).


Kegiatan setelah sekolah juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk terhubung dengan orang dewasa dan teman sebaya yang mendukung (Gullotta, 2015). Itu adalah tempat yang bagus untuk membantu kaum muda mengembangkan dan menerapkan keterampilan baru dan bakat pribadi. Penelitian telah menunjukkan bahwa program setelah sekolah yang berfokus pada perkembangan sosial dan emosional dapat secara signifikan meningkatkan persepsi diri siswa, keterhubungan sekolah, perilaku sosial yang positif, nilai sekolah, dan nilai tes prestasi, sekaligus mengurangi perilaku bermasalah (Durlak et al., 2010).


Pembelajaran Sosem juga dapat dibina di banyak tempat selain sekolah. Pembelajaran Sosem dimulai pada anak usia dini, sehingga pengaturan keluarga dan penitipan anak usia dini penting (Bierman & Motamedi, 2015). Pengaturan pendidikan tinggi juga memiliki potensi untuk mempromosikan Pembelajaran Sosem (Conley, 2015).


Sumber: https://www.edutopia.org/blog/why-sel-essential-for-students-weissberg-durlak-domitrovich-gullotta

Membangun Keterampilan Pembelajaran Sosem di Kelas

Membangun Keterampilan Pembelajaran Sosem di Kelas


Mempromosikan perkembangan sosial dan emosional untuk semua siswa di kelas melibatkan pengajaran dan pemodelan keterampilan sosial dan emosional, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan dan mengasah keterampilan tersebut, dan memberi siswa kesempatan untuk menerapkan keterampilan ini dalam berbagai situasi.


Salah satu pendekatan pembelajaran sosial emosional yang paling umum berupa pelatihan guru untuk menyampaikan pelajaran eksplisit yang mengajarkan keterampilan sosial dan emosional, kemudian menyisipkan peluang bagi siswa untuk memperkuat penggunaan ketrampilan tersebut pada saat itu. Pendekatan kurikuler lain menyisipkan instruksi pembelajaran sosial emosional ke dalam muatan pelajaran seperti seni, bahasa, IPS, PKN atau matematika. Ada sejumlah program pembelajaran sosial emosional berbasis penelitian yang meningkatkan kompetensi dan perilaku siswa dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dari prasekolah hingga sekolah menengah (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning, 2013, 2015).


Guru juga dapat secara alami memupuk keterampilan pada siswa melalui interaksi instruksional interpersonal dan berpusat pada siswa dalam proses pembeajaran. Interaksi orang dewasa-siswa mendukung pembelajaran sosial emosional ketika interaksi tersebut menghasilkan hubungan siswa-guru yang positif, hal tersebut memungkinkan guru untuk mencontohkan kompetensi sosial-emosional pada siswa, dan mempromosikan keterlibatan siswa (Williford & Sanger Wolcott, 2015). Praktik guru yang memberikan dukungan emosional kepada siswa dan menciptakan peluang untuk pendapat siswa, otonomi, dan pengalaman penguasaan mendorong keterlibatan siswa dalam proses pendidikan.


Sumber: https://www.edutopia.org/blog/why-sel-essential-for-students-weissberg-durlak-domitrovich-gullotta

Manfaat Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pembelajaran Sosial Emosional



 Manfaat Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pembelajaran Sosial Emosional


Siswa lebih berhasil di sekolah dan kehidupan sehari-hari ketika mereka:

  • Tahu dan bisa mengatur diri sendiri
  • Memahami perspektif orang lain dan berhubungan secara efektif dengan mereka
  • Mampu membuat pilihan yang tepat tentang keputusan pribadi dan sosial

Keterampilan sosial dan emosional di atas adalah beberapa dari beberapa hasil  jangka pendek siswa yang dipromosikan pembelajaran Sisial Emosional (Durlak et al., 2011; Farrington et al., 2012; Sklad et al., 2012). Manfaat lainnya termasuk:

  • Sikap yang lebih positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan tugas-tugas termasuk peningkatan kemampuan diri, kepercayaan diri, ketekunan, empati, koneksi dan komitmen untuk sekolah, dan rasa tujuan
  • Perilaku dan hubungan sosial yang lebih positif dengan teman sebaya dan orang dewasa
  • Mengurangi masalah perilaku dan perilaku pengambilan risiko
  • Penurunan tekanan emosional
  • Peningkatan nilai ujian, nilai, dan kehadiran

Dalam jangka panjang, kompetensi sosial dan emosional yang lebih besar dapat meningkatkan kemungkinan lulus SMA, kesiapan untuk pendidikan pasca sekolah menengah, kesuksesan karir, hubungan keluarga dan pekerjaan yang positif, kesehatan mental yang lebih baik, perilaku kriminal yang berkurang, dan keterlibatan kewarganegaraan (Hawkins, Kosterman , Catalano, Hill, & Abbott, 2008; Jones, Greenberg, & Crowley, 2015).


Sumber: 

https://www.edutopia.org/blog/why-sel-essential-for-students-weissberg-durlak-domitrovich-gullotta

5 Kunci Sukses Pembelajaran Sosial Emosional

Ketrampilan Sosila Emosional


Sekolah saat ini semakin multikultural dan menantang dengan siswa dari latar belakang sosial dan ekonomi yang beragam. Pendidik dan lembaga pendidikan melancarkan strategi yang berbeda untuk memotivasi siswa agar terlibat dalam pembelajaran, berperilaku positif, dan berprestasi secara akademis. Pembelajaran sosial dan emosional (Social Emotional Learning) memberikan landasan untuk pembelajaran yang aman dan positif, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk mencapai keberhasilan di sekolah, karier, dan kehidupan.

Penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran Sosial Emosional tidak hanya meningkatkan prestasi, tetapi juga meningkatkan perilaku pro-sosial (seperti kebaikan, berbagi, dan empati), meningkatkan sikap siswa terhadap sekolah, dan mengurangi depresi dan stres di kalangan siswa (Durlak et al. ., 2011). Program pembelajaran sosial dan emosional yang efektif melibatkan praktik kelas terkoordinasi, sekolah, keluarga, dan komunitas yang membantu siswa mengembangkan lima keterampilan utama berikut:

Kesadaran Diri

Kesadaran diri melibatkan pemahaman emosi, tujuan pribadi, dan nilai diri sendiri. Ini termasuk menilai secara akurat kekuatan dan keterbatasan seseorang, memiliki pola pikir positif, dan memiliki rasa kemanjuran diri dan optimisme yang kuat. Tingkat kesadaran diri yang tinggi membutuhkan kemampuan untuk mengenali bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan saling berhubungan.


Manajemen diri

Manajemen diri membutuhkan keterampilan dan sikap yang memfasilitasi kemampuan untuk mengatur emosi dan perilaku sendiri. Ini termasuk kemampuan untuk menunda kepuasan, mengelola stres, mengendalikan impuls, dan bertahan melalui tantangan untuk mencapai tujuan pribadi dan pendidikan.


Kesadaran sosial

Kesadaran sosial melibatkan kemampuan untuk memahami, berempati, dan menyayangi mereka yang memiliki latar belakang atau budaya berbeda. Ini juga melibatkan pemahaman norma-norma sosial untuk perilaku dan mengenali sumber daya dan dukungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.


Kemampuan Interaksi Sosial

Keterampilan melakukan interaksi sosial membantu siswa membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan bermanfaat, dan untuk bertindak sesuai dengan norma sosial. Keterampilan ini melibatkan komunikasi yang efektif, mendengarkan secara aktif, bekerja sama, melawan tekanan sosial yang tidak tepat, menegosiasikan konflik secara konstruktif, dan mencari bantuan ketika dibutuhkan.


Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab melibatkan pembelajaran bagaimana membuat pilihan konstruktif tentang perilaku pribadi dan interaksi sosial di berbagai situasi. Ini membutuhkan kemampuan untuk mempertimbangkan standar etika, masalah keselamatan, norma perilaku yang akurat untuk perilaku berisiko, kesehatan dan kesejahteraan diri sendiri dan orang lain, dan untuk membuat evaluasi realistis dari berbagai konsekuensi tindakan.


Sekolah adalah salah satu tempat utama di mana siswa mempelajari keterampilan sosial dan emosional. Pembelajaran Sosial Emosional yang efektif harus meliputi empat elemen yang diwakili oleh akronim SAFE (Durlak et al., 2010, 2011):

Elemen Pembelajaran Sosial Emosional yang Efektif


  1. Sequenced (Berurutan): serangkaian kegiatan yang terhubung dan terkoordinasi untuk mendorong pengembangan keterampilan
  2. Active (Aktif): bentuk pembelajaran aktif untuk membantu siswa menguasai keterampilan baru
  3. Focus (Fokus): Memberikan penekanan pada pengembangan keterampilan pribadi dan sosial
  4. Explicit (Eksplisit): Secara gamblang menargetkan keterampilan sosial dan emosional tertentu


Sumber: 

https://www.edutopia.org/blog/why-sel-essential-for-students-weissberg-durlak-domitrovich-gullotta

Pembelajaran sosial dan emosional (Social and Emotional Learning)

Pembelajaran sosial dan emosional
Pembelajaran sosial dan emosional


Pembelajaran sosial dan emosional atau Social and Emotional Learning(SEL) merupakan bagian integral dari pendidikan dan perkembangan manusia. SEL adalah proses di mana semua orang, muda maupun dewasa memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mengembangkan identitas yang sehat, mengelola emosi dan mencapai tujuan pribadi maupun kolektif, merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, membangun dan memelihara hubungan yang mendukung, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab dan penuh perhatian.

SEL memajukan kesetaraan dan keunggulan pendidikan melalui kemitraan sekolah-keluarga-komunitas yang otentik untuk membangun lingkungan dan pengalaman belajar yang menampilkan hubungan saling percaya dan kolaboratif, kurikulum dan pengajaran yang ketat dan bermakna, dan evaluasi berkelanjutan. SEL dapat membantu mengatasi berbagai bentuk ketidaksetaraan dan memberdayakan kaum muda dan orang dewasa untuk bersama-sama menciptakan sekolah yang berkembang dan berkontribusi pada komunitas yang aman, sehat, dan adil.


Manfaat SEL

Penelitian menegaskan, para guru, orang tua, dan kepala sekolah setuju: Kompetensi sosial dan emosional dapat diajarkan, diteladani, dan dipraktikkan dan mengarah pada hasil yang positif bagi siswa yang penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah dan dalam kehidupan.

  • Peningkatan keterampilan sosial dan emosional siswa, sikap, hubungan, kinerja akademik, dan persepsi kelas juga iklim sekolah
  • Penurunan kecemasan siswa, masalah perilaku, dan penggunaan zat adiktif
  • Peningkatan jangka panjang dalam keterampilan, sikap, perilaku prososial, dan kinerja akademik siswa
  • Investasi keuangan yang bijaksana - menurut penelitian finansial 


Diterjemahkan dari: https://casel.org/what-is-sel/