Mewujudkan Merdeka Belajar Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

 A.   Apa dan Mengapa Harus Berdiferensiasi

Salah satu bukti Kemahakuasaan Tuhan adalah bahwa setiap individu yang diciptakan Tuhan adalah unik. Meskipun memiliki beberapa kesamaan, tak ada satu individu pun yang benar-benar sama dengan orang lain, (baik dalam ciri fisik, minat maupun karakter. Keberagaman tersebut juga pasti akan ditemukan guru di kelas. Setiap murid memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, baik dalam kesiapan, minat, maupun gaya belajar. Keunikan setiap murid di kelas, harus menjadi pertimbangan guru dalam merancang strategi pembelajaran. Penentuan kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan kurikulum haruslah bertolak dari pemetaan kebutuhan belajar murid, dengan demikian strategi, metode, maupun media yang dimanfaatkan memungkinkan setiap individu aktif belajar di kelas berkembang secara optimal.

Mewujudkan Merdeka Belajar  Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Apa dan Mengapa Harus Berdiferensiasi


Menurut ASDC (Assosiation of Supervisor and Curiculum Development) bentuk pengajaran yang berusaha memaksimalkan pertumbuhan setiap murid dengan berusaha mengerti murid itu sampai tingkat dimana dan lalu membantunya untuk maju disebut pembelajaran berdiferensiasi (ASDC dalam Kaufeld: 2005). Lebih lanjut, Tomlinson dan Eidson (2003) menyatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi pada jenjang Sekolah Dasar adalah pembelajaran yang secara proaktif melibatkan murid selama prosesnya, serta memandang kelas-kelas Sekolah Dasar sebagai kelas yang memadukan berbagai kesiapan, minat, dan bakat belajar murid. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat diketahui, salah ciri pembelajaran berdiferensiasi adalah berpusat pada murid. Pembelajaran direncanakan dengan cermat dan strategis berdasarkan upaya memahami murid secara utuh, serta menempatkan gaya belajar, intelegensi, kemampuan awal, dan berbagai karakteristik belajar murid sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, sesungguhnya pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang baru. Sejak masa awal kemerdekaan ide yang sama sudah diusung Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”. Selain pria bernama asli Soewardi Surjaningrat itu berulang kali menekankan apa yang disebutnya 'kemerdekaan dalam belajar'.

Mewujudkan Merdeka Belajar  Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Differensiasi Pembelajaran


Menurut Ki Priyo Dwiyarso, makna kemerdekaan belajar yang diusung Ki Hadjar Dewantara yakni bagaimana membentuk manusia harus dimulai dari mengembangkan bakat. "Jadi yang punya kehendak itu muridnya, bukan pamong gurunya, dosennya, yang memaksakan kamu harus jadi hijau, harus jadi merah. Untuk itu kemudian timbul Tut Wuri Handayani” demikian ungkap Anggota Majelis Luhur Taman Murid, tersebut. Masih menurut Ki Priyo, Tut Wuri Handayani berarti mendorong dan menguatkan. Namun, menurut beliau, cara mendorong dan memberi kekuatan belajar tak boleh sembarangan. Rentang kendali harus tetap ada, karena bagaimanapun anak masih memerlukan bimbingan, dan arahan.

Berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, bakat lah yang menjadi kiblat bagi seorang pendidik. Guru harus jeli menelisik kebutuhan anak didik, potensi apa yang harus didorong, dikuatkan dan dikembangkan dari murid-muridnya. Disitulah pembelajaran berdiferensiasi berperan. Berdasarkan pemetaan kebutuhan belajar setiap peserta didiknya, guru dapat menerapkan diferensiasi pembelajaran. Penerapan diferensiasi dalam proses pembelajaran tidak berarti seorang guru harus melayani setiap keberagaman secara individu. Diferensiasi dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pilihan berdasarkan pertimbangan karakteristik murid dalam kerangka kurikulum. Pemberian pilihan-pilihan disini diharapkan tetap mengacu pencapaian kurikulum, namun kemerdekaan murid untuk belajar sesuai minat, bakat, dan kesiapannya tetap terjamin.

 

B.    Ragam Diferensisi Pembelajaran

Diferensiasi pembelajaran dapat dilaksanakan melalui beberapa strategi. Beberapa strategi pembelajaran berdiferensiasi diantaranya diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.

 

1.    Diferensiasi Konten

Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap minat atau profil belajar murid yang berbeda. Diferensiasi konten juga dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan kombinasi dari ketiga faktor tersebut.

Dalam hal kesiapan, saat memasuki kelas, mungkin sebagian murid kita sudah dibekali pengetahuan prasarat yang dibutuhkan untuk mempelajari yang akan kita ajarkan, tapi mungkin sebagain tidak. Sebagian yang lain, bahkan mungkin memiliki beberapa hambatan, misalnya cacat fisik, keterbelakangan mental, atau hambatan lainnya. Menghadapi kondisi semacam itu, kita sebagai seorang guru dapat melaksanakan diferensiasi konten. Kita dapat memberikan materi dengan tingkat kesulitan yang berbeda, sesuai kesiapan anak. Dengan demikian guru telah menerapkan diferensiasi konten berdasarkan kesiapan belajar murid.

Diferensiasi konten juga dapat dilakukan berdasarkan minat, misalnya dengan menghubungkan meteri pelajaran dengan minat murid. Sebagai contoh saat akan mengajarkan mengenai energi kalor, guru dapat menghubungkannya dengan pemanfaatan kalor dalam pembuatan gamelan untuk menarik murid yang memiliki minat dalam bidang seni musik, menghubungkan dengan proses pembuatan makanan, untuk murid yang memiliki minat berkaitan dengan kuliner, atau menghubungkan dengan kegiatan olah raga untuk anak-anak ang memiliki minat dalam bidang tersebut.

 Strategi diferensiasi konten sesuai gaya belajar murid dilakukan dengan memastikan murid dapat mengakses materi dengan cara yang mereka sukai. Murid yang auditori dimungkinkan mengakses meteri pelajaran melalui audio. Murid yang visual, disediakan materi dalam bentuk grafik atau gambar, sedangkan murid yang kinestetik diberikan kesempatan untuk menanggapi materi yang sedang dipelajari dengan respon tubuh tertentu.

 

 

2.    Diferensiasi Proses

Setelah memetakan kebutuhan belajar murid, langkah selanjutnya yang harus dilakukan guru adalah merancang strategi pembelajaran yang tepat. Guru perlu memikirkan bagaimana kebutuhan belajar siswa harus dipenuhi. Guru perlu mempertimbangkan cara terbaik yang dapat memastikan siswa belajar, apak itu melalui pembelajaran individu, atau kooperatif. Guru perlu juga memikirkan seberapa banyak bantuan yang perlu diberikan. Oleh karena siswa dalam kelas beragam, maka guru perlu mempertimbangkan untuk mengkombinasikan berbagai kegiatan belajar, sehingga strategi embbelajaran yang dirancang dapat mengakomodasi berbagai kebtuhan belajar.

 

3.    Diferensiasi Produk

Strategi diferensiasi yang ke tiga adalah diferensiasi produk. Produk dapat mencerminkan pemahaman, dan aplikasi dalam bentuk yang luas, juga merupakan elemen kurikulum yang paling langsung dapat dimiliki oleh murid. Untuk mengakomodasi ragam kebutuhan belajar siswa, guru dapat memberikan beberapa pilihan penugasan bagi murid. Diferensiasi produk meliputi dua hal, yakni: memberikan tantangan dan keragaman/ variasi, serta memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan hasil pembelajaran dengan cara yang diingikan. Satu hal yang penting dalam diferensiasi produk adalah bahwa guru perlu menentukan dan mengkomunikasikan apa sebenarnya ekspektasi yang diharapkan dari murid, misalnya kualitas seperti apa yang diharapkan, konten apa yang harus ada dalam produk, bagaimana mereka harus mengerjakannya, dan apa sifat produk akhir yang diharapkan.

  

Referensi

Kaufeldt, Martha. (2008). Wahai Para Guru Ubahlah Cara Mengajarmu: Perintah pengajaran yang Berbeda – beda Sesuai dengan otak. Jakarta:PT.Indeks

0 Comments: