Salah satu fase dalam Pelatihan Guru penggerak adalah Aksi Nyata, dimana Calon Guru Penggerak diminta mengaplikasikan materi yang telah dipelajari dalam satu modul. Hasil dari aksi nyata didokuentasikan baik dalam bentuk artikel, video maupun gambar-gambar.
Berikut adalah artikel yang berisi laporan aksi nyata saya pada modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
VISI GURU PENGGERAK: BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Oleh
Asih
Pujiariani, S. Pd
Latar belakang
Seorang Guru
Penggerak mempunyai peran besar dalam mewujudkan visi murid merdeka, yang
mencerminkan murid yang Pancasilais, memiliki tekad untuk belajar sepanjang
hayat, memiliki kompetensi global. Menurut Ki Hajar Dewantara, dalam
mendidik, peran seorang pendidik adalah menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan
kodrati yang ada dalam diri anak. Dalam
menuntun kekuatan kodrat anak, salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru
adalah Ing ngarso sung tulodho, yang artinya “Di depan, memberi
contoh”. Oleh karena itu, dalam
mewujudkan murid merdeka yang memiliki tekad untuk belajar sepanjang hayat,
sangat penting bagi guru, untuk memberikan contoh dalam hal tersebut. Guru
harus selalu berusaha belajar dan belajar, mengembangkan potensi serta
kompetensi.
Selain memberi
contoh perilaku belajar sepanjang hayat, upaya guru untuk secara mandiri terus
berusaha mengembangkan potensi dan kompetensi, muara utamanya adalah
peningkatan layanan bagi peserta didik. Ki Hajar Dewantara berpendapat, anak
haruslah dididik sesuai kodrat jamannya. Di era global, dimana perkembangan
teknologi sangat masif, belajar hal-hal baru, agar mampu menyiapkan anak
menghadapi tantangan zamannya, adalah suatu kewajiban bagi guru. Melalui
peningkatan kompetensi guru, diharapkan layanan pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik akan semakin baik, sehingga harapan untuk mewujudkan murid
merdeka yang memiliki kompetensi global dapat terwujud.
Upaya
yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan potensi dan kompetensi antara lain
adalah melalui berbagai pelatihan, workshop, seminar, kologium, dan kegiatan
ilmiah lainnya. Selain itu, guru juga perlu menambah wawasan dengan memperkaya
informasi dari berbagai bahan kepustakaan. Guru juga dapat berperan aktif dalam
berbagai organisasi dan komunitas yang mendukung peningkatan kompetensinya,
seperti organisasi profesi, komunitas literasi, komunitas seni, dan sebagainya.
Melalui organisasi-organisasi tersebut, selain dapat meningkatkan kompettensi
diri, seorang CGP juga dapat berperan aktif dalam meningkatkan kompetensi
orang-orang di sekitarnya. Dimana kegiatan kolaboratif semacam itu, juga
merupakan salah satu kompetensi yang perlu dikuasai seorang guru penggerak.
Kompetensi
guru penggerak lainnya adalah kemampuan managemen memimpin sekolah. Dalam
menjalankan peran tersebut, CGP dituntut untuk memimpin gerakan perubahan. Perubahan
ke arah yang lebih baik adalah sebuah keharusan, demi masa depan yang lebih
baik. Untuk itu, seorang guru penggerak harus memiliki nilai- nilai/ inovatif dan
berpihak pada murid. Segenap upaya inovasi yang dilaksanakan haruslah
menjadikan murid atau siswa sebagai subjeknya.
Deskripsi Aksi Nyata yang Dilakukan
Berdasarkan
latar belakang di atas, beberapa aksi nyata yang saya lakukan dalam
mengaplikasikan nilai guru penggerak adalah sebagai berikut:
1.
Mengikuti lebih banyak diklat, workshop, seminar, dan
kegiatan kolektif guru lainnya untuk meningkatkan kompetensi diri
Djam’an
satori dkk (2011:1.18) mengemukakan, seorang guru profesional harus memiliki
kompetensi personal, artinya guru harus memiliki sikap kepribadian yang patut
diteladani, sehingga mampu melaksanakan kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara, yaitu tutwuri handayani, ing madya mangun karso, dan
ing ngarso sung tulodho. Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing,
tetapi juga sebagai cermin tempat peserta didik berkaca. Oleh karena itu, guru
harus mempunyai kompetensi kepribadian sebagai pemberi bimbingan dan
keteladanan. Secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan membangkitkan
motif belajar serta dorongan untuk maju kepada peserta didik. Djam’an Satori
dkk juga berpendapat, kompetensi kepribadian lain yang perlu dimiliki guru
adalah mengembangkan profesinya sebagai inovator dan kreator. Sebagai seorang
inovator, seorang guru mau dan mampu mengambangkan berbagai model pembelajaran.
Dalam
rangka meningkatkan kemampuan mengambangkan berbagai model pembebelajaran, guru
dapat mengikuti berbagai pelatihan/ workshop. Untuk itulah, saya mencoba
mengikuti beberapa upaya pengembangan diri melalui seminar,pelatihan, dan
workshop, baik secara daring maupun luring.
2.
Aktif dalam komunitas yang mendukung kemampuan
profesional sebagai guru dan pribadi, salah satunya komunitas literasi di
kabupaten.
Syarwani Ahmad dan
Zahruddin Hodsay (2020) berpendapat, dalam jabatan profesional, guru harus selalu mengambangkan
diri untuk memutakhirkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikapnya sesuai tuntutan
tugas dan perkembangan zaman. Sebagai jabatan profesional, guru berada dalam
satu organisasi kesejawatan yang bergerak dalam bidang pengembangan para
anggotanya, sedangkan Mulyana A.z (2010) mengemukakan kualitas akademik
dapat ditingkatkan melalui pendidikan lanjut, kursus, seminar, dan lain
sebagainya. Peningkatan kemampuan membangun jaringan (networking) juga dapat
ditingkatkan dengan memperbanyak teman, aktif di orgaisasi, dan lain sebagainya.
Berdasarkan
kedua pendapat tersebut, dapat saya simpulkan bahwa aktif dalam organisasi,
baik organisasi profesi maupaun bukan, dapat mendukung peningkatan kompetensi
guru. Hal tersebut menjadi salah satu latar belakang bagi saya untuk turut
aktif dalam organisasi/ komunitas yang terkait dengan profesi keguruan. Salah
satu komunitas tersebut adalah komunitas literasi di tingkat kabupaten.
3.
Menambah referensi tentang strategi pembelajaran yang
berpusat pada anak
Usaha
lain yang saya lakukan untuk meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan
pembelajatran yang berpusat pada anak adalah dengan menambah referensi mengenai
masalah tersebut, diantaranya dengan menambah koleksi buku.
4.
Mengaplikasikan pengetahuan mengenai strategi
pembelajaran yang berpusat pada anak untuk memperbaiki proses pembelajaran di
kelas
Segala
upaya guru dalam mengembangkan diri, orientasi utamanya adalah siswa. Khususnya
dalam peningkatan kualitas layanan pendidikan bagi siswa. Segala teori yang
dipelajari akan sia-sia jika tidak diaplikasikan di kelas.
5.
Mencoba melanjutkan rencana
“Menulis buku bersama anak” dalam rangka pembudayaan literasi, untuk
melatih kemampuan managemen memimpin sekolah
Aksi
Nyata ke lima yang saya rencanakan seblumnya adalah melanjutkan rencana “Menulis
buku bersama anak”. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang saya lakukan dalam
rangka pembudayaan literasi di kelas saya.
Hasil dari Aksi Nyata yang dilakukan
1.
Mengikuti lebih banyak diklat, workshop, seminar, dan
kegiatan kolektif guru lainnya untuk meningkatkan kompetensi diri
Kegiatan
pengembangan diri pertama yang saya ikuti pada bulan November 2020 adalah
Webinar Guru Penggerak Literasi Sains yang diselenggarakan PPPPTK IPA pada hari
Jumat, 13 November 2020. Dalam webinar yang diselenggarakan melalui zoom
meeting dan disiarkan langsung melalui kanal Youtube tersebut, bertindak
sebagai presenter adalah Muhammad Nurrisalam S.Si, M, Si yang membawakan materi
“Membumikan Konsep Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Alat Peraga Pembelajaran dari
Alam Sekitar” dan Mira Fitriana, S.Si yang membawakan materi “Modelling
Instruction sebagai Solusi Melatih Literasi Sains Siswa”.
Sebagai
bukti telah mengikuti webinar tersebut di atas, setiap peserta yang mengikuti
webinar sesuai ketentuan, mendapatkan surat keterangan. Berikut adalah surat
keterangan yang saya dapatkan dalam webinar tersebut:
Selain
webinar, kegiatan pengembangan diri lain yang saya ikut dalam kurun waktu satu
bulan ini adalah Bimbingan Teknis Pemenuhan Guru Pembimbing Khusus merupakan
kegiatan yang difasilitasi Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Menengah dan Pendidikan Khusus, Dirjend GTK Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan RI dalam rangka mengatasi kekurangan Guru Pembimbing Khusus untuk
pelaksanaan Pendidikan Inklusi di Indonesia. Yang berlangsung tanggal 17 s.d 20
November 2020 di Yogyakarta.
Gambar 3 Pembukaan Bimtek Pemenuhan
Guru Pembimbing Khusus di Yogyakarta
Pendidikan
Inklusi merupakan sistem pendidikan yang memeberikan kesempatan kepada semua
anak untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu, humanis, dan demokratis.
Disebutkan pula dalam penjelasan pasal 15 dalam undang-undang Sisdiknas Tahun
2003, berbunyi: “Pendidikan Khusus merupakan penyelenggaraakn pendidikan untuk
peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar
biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus
...”. selanjutnya dengan mengacu kepad Permendiknas Nomor 70 tahun 2009,
memungkinkan setiap pemerintah daerah menunjuk sekolah-sekolah inklusif baru. Faktanya,
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sangat terbatas, secara fungsional
sekolah yang ditunjuk sebagai penyelenggara pendidikan inklusi pun belum
sepenuhnya dapat menjalankan peranya sebagai sekolah penyelenggara pendidikan
inklusi secara optimal. Guna memenuhi tantangan tersebut, pemerintah
melaksanakan program pemenuhan kekurangan guru pembimbing khusus yang dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap penguasaan
konsep dilaksanakan dengan moda daring, sedangkan tahap penguasaan dilaksanakan
secara luring.
Gambar di atas
menunjukkan salah satu sesi presentasi sebagai salah satu dari rangkaian
kegiatan bimtek. Dalam bimtek calon Guru Pembimbing Khusus dibekali pengetahuan
dan ketrampilan melakukan identifikasi peserta didik berkebutuhan khusus, mengembangkan
instrumen dan melakukan asesmen, membuat
planning matrix, berdasarkan asesmen, membuat RPP integrasi berdasarkan
planning matrix, dan membuat Program Pembelajaran Individual (PPI) berdasarkan
planning matrix tersebut. Pengetahuan dan ketrampilan tersebut merupakan bekal
yang sangat berharga, mengingat di sekolah kami memang terdapat beberapa siswa
yang menunjukkan indikasi sebagai anak berkebutuhan khusus.
Gambar di atas menunjukkan sertifikat yang
didapatkan sebagai bukti telah menyelesaiakan bimtek dengan baik. Namun
sesungguhnya pengetahuan yang diperoleh lah yang jauh lebih penting. dengan
pengetahuan tersebut, saya berharap dapat memberikan layanan pendidikan yang
lebih baik bagi peserta didik.
2.
Aktif dalam komunitas yang mendukung kemampuan
profesional sebagai guru dan pribadi, salah satunya komunitas literasi di
kabupaten.
Menurut Mulyana A.z (2010), kualitas akademik dapat ditingkatkan melalui pendidikan
lanjut, kursus, seminar, dan lain sebagainya. Peningkatan kemampuan membangun
jaringan (networking) juga dapat ditingkatkan dengan memperbanyak teman, aktif
di orgaisasi, dan lain sebagainya. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
saya simpulkan bahwa aktif dalam organisasi, baik organisasi profesi maupaun
bukan, dapat mendukung peningkatan kompetensi guru. Hal tersebut menjadi salah
satu latar belakang bagi saya untuk turut aktif dalam organisasi/ komunitas
yang terkait dengan profesi keguruan. Salah satu komunitas tersebut adalah
komunitas literasi di tingkat kabupaten, yakni komunitas Empis-empis.
Empis-empis
merupakan komunitas literasi yang anggotanya berasal dari berbagai kalangan.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan arisan menulis. Anggota
komunitas diminta untuk menyetorkan karya dengan tema berbeda setiap minggunya.
Anggota secara bergiliran mendapat gliran untuk menentukan tema karya.
3.
Menambah referensi tentang strategi pembelajaran yang
berpusat pada anak
Buku
yang saya beli dalam satu bulan terakhir ini adalah Multimedia Learning karya
Ricardd E. Mayer dan Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 karya
Drs. Daryono.
4.
Mengaplikasikan pengetahuan mengenai strategi
pembelajaran yang berpusat pada anak untuk memperbaiki proses pembelajaran di
kelas
Upaya
yang saya tempuh dalam mengaplikasikan startegi pembelajaran yang perpusat pada
siswa dalam kurun waktu satu bulan terakhir adalah dengan mengaplikasikan
konsep pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran di Kelas.
Gambar 8 Pembelajarn dengan
Mengaplikasikan Pemikiran KHD mengenai Pembelajaran
Gambar
di atas, menunjukkan salah satu oment saat saya mencoba memperbaiki hasil
belajar siswa pada pembelajaran matematika, yakni pada materi perkalian dan
pembagian pecahan. Upaya yang mempraktekkan pemikiran KHD, bahwa salah satu
kodrat anak adalah bermain ternyata mendatangkan hasil yang sangat memuaskan.
Siswa yang semula belum menguasai konsep pada akhir pembelajaran telah 100%
mengusai konsep yang dipelajari.
5.
Mencoba melanjutkan rencana “Menulis buku bersama anak”
dalam rangka pembudayaan literasi, untuk melatih kemampuan managemen memimpin
sekolah
Rencana
untuk melanjutkan kegiatan “Menulis buku bersama anak”. Saat ini masih dalam
proses. Naskah buku yang sedang disusun adalah buku pantun. Menulis Pantun
merupakan salah satu materi yang dipelajari
di kelas 5 SD pada kurikulum 2013. Pantun hasil karya siswa lah yang nantinya
akan dibukukan. Berikut adalah salah satu contoh komunikasi dengan siswa yang
menyetorkan karyanya:
Pantun siswa yang sudah disetorakn di beri masukan
agar karya siwa dapat ditingkatkan.
Meskipun
beberapa siswa sudah menyetorkan pantun hasil karyanya, namun pelaksanaan
rencana tersebut kurang lancar. Beberapa siswa belum menyetorkan tugas untuk
menyususn pantun, tepat pada waktunya.
Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan (kegagalan
maupun keberhasilan)
Diantara
lima kegiatan dalam rancangan aksi nyata, rencana yang belum terlaksana dengan
baik adalah rencana untuk melanjutkan menulis buku bersama siswa. Salah satu
hal yang saya prediksi sebagai hambatan adalah motivasi siswa yang rendah untuk
terlibat dalam kegiatan. Kemungkinan besar siswa tidak memiliki motivasi
intrinsik. Siswa belum menyadari pentinya kemampuan literasi. Karena motivasi tidak
berasal dari dalam diri mereka sendiri, saat guru tidak dapat melakukan
pengawasan secara langsung karena terkendala masa pandemi, maka keterlibatan
siswa rendah. Pelajaran yang saya dapat dari kegegalan tersebut adalah
pentignya membangkitkan motivasi intrinsik dari pihak-pihak terkait dalam memimpin
suatu kegiatan di sekolah.
Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
Berdasarkan pengalaman
melaksanakan aksinyata dan kendala yang dihadapi, beberapa rencana perbaikan
untuk pelaksanaan di masa mendatang adalah:
1.
Mengusahakan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik
siswa dan pihak terkait lainnya saat menyelenggarakan suatu program
2.
Membuat kesepakatan kelas agar proses pembelajaran dan
kegiatan lain yang akna dilaksanakan berjalan dengan lebih baik.
3.
Menambah informasi dari berbagai sumber untuk
meningkatkan kompetensi diri.
Dokumentasi proses dan hasil pelaksanaan berupa foto-foto
atau video-video singkat berikut caption/narasi singkat nya.
Gambar 10 Kegiatan
Bimtek GPK
Referensi
Djama’an Satori [et.al.] (2011) Materi Pokok: Profesi Keguruan.
Jakarta: Universitas Terbuka
Mulyana A.z (2010). Rahasia menjadi Guru Hebat.Jakarta:
Grasindo
Syarwani Ahmad dan Zahruddin Hodsay (2020) Profesi
Kependidikan dan Keguruan. Yogyakarta: Deepublish
0 Comments:
Post a Comment