Pecahnya Kaca Perpustakaan



Cerpen Anak Pecahnya Kaca Perpustakaan
Cerita Anak Pecahnya Kaca Perpustakaan
Siang hampir mencapai puncaknya. Sinar matahari terasa semakin membakar kulit. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat siswa kelas 5A dan  kelas 6B yang tengah bertanding sepak bola di lapangan olah raga SD Cendikia Mulia dalam pertandingan olah raga antar kelas. Teman-teman sekelas mereka, berkerumun di sekeliling lapangan memberikan semangat. Pertandingan akan berakhir dalam beberapa menit, kedudukan sementara 2-1 untuk tim kelas 6B. Berulang kali kedua tim nyaris menggawangkan bola, namun karena pertahanan yang tangguh, semuanya kandas. Suasana menjadi riuh rentak setiap terjadi pergelutan seru di sekitar gawang.
Kegembiraan yang sama tidak dirasakan Adam. Adam hanya duduk di bawah pohon di tepi lapangan, iseng mempermainkan sebuah batu dengan kaki kanannya. Hatinya kesal. Seharusnya hari ini Adamlah yang menjadi bintang lapangan. Sebagai penyerang dia sudah banyak berperan dalam membawa tim kelas 5A ke babak final, namun karena cidera yang dia alami pada pertandingan terakhir melawan tim kelas 5B, ia harus absen dari pertandingan. Memang kaki Adam tidak terluka, tapi kondisinya tetap tidak memungkinkan untuk bertanding. Dan yang lebih menyebalkan, di saat seperti ini tidak ada seorangpun yang berada di sampingnya. Padahal dialah yang mengantarkan tim kelas 5A menuju kemenangan.
“Semua ini gara-gara Rico...,” gerutu Adam dalam hati. Matanya melirik tajam ke arah gedung perpustakaan di belakangnya. Di sana Rico tengah berdiri sambil menikmati segelas Milkshake di bawah jendela bagian belakang perpustakaan sekolah, tangan kirinya memegang pemukul untuk permainan kasti, memang kelas 5B baru saja menyelesaikan final pertandingan kasti dengan kelas 6A. Kemarin saat pertandingan antara kelas 5A dan kelas 5B, Adam dan Rico berebut bola di depan gawang, hingga akhirnya  Adam terjatuh dan tangannya terkilir.
Meskipun sama-sama siswa kelas 5, tubuh Rico jauh lebih besar dibandingkan Adam, bahkan diantara semua siswa kelas 5, tubuh Rico-lah yang paling tinggi dan kekar. Hal itu tidak mengherankan karena Rico pernah tinggal kelas. Kulitnya yang hitam dan matanya yang tajam, membuat penampilan Rico terlihat sangar. Rico juga termasuk anak yang sering berbuat ulah, membolos, membuat kegaduhan di kelas, tidak mengerjakan PR, juga kebiasaannya berbohong sering kali membuat Rico dipanggil ke ruang guru. Adam bahkan pernah mendengar, kabar burung yang mengatakan, jika sekali lagi Rico berbuat ulah, dia akan dikeluarkan dari sekolah. Adam berpikir pasti sekolah mereka pasti akan lebih aman jika Rico benar-benar dikeluarkan dari sekolah. Hati Adam sedikit mendendam, Rico memang tidak sengaja mencederai Adam, tapi tetap saja dia berpikir, karena peristiwa itu Adam tidak dapat bertanding di babak final. Tetapi Adam terlalu takut untuk melawan Rico, karena itu, Adam hanya bisa menggerutu dalam hati.
“ Ayo...ayo... ayo...,”. teriak para supporter di lapangan bola membuyarkan lamunan Adam. Lima menit lagi pertandingan berakhir, terjadi pergumulan seru kembali di depan gawang kelas 6B. Dafa, striker kelas 5A, di hadang Huda dari tim kelas 6B. Setelah pergumulan seru, akhirnya Dafa berhasil mencuri kesempatan menendang bola. Bola pun menggelinding cepat kearah kanan gawang. Ilham sang penjaga gawang bergegas mengejar bola, tapi tubuhnya terpelanting ke tanah. Bola tak terkejar...Tapi.... bola justru membentuk tiang gawang, kemudian terpental menjauhi gawang. Aaaahhhh....teriak Adam kesal. Seandainya saja dia yang menendang bola, mungkin hasilnya akan berbeda. Reflek badannya berputar dan kakinya menendang batu yang sejak tadi dipermainkannya.
Bersamaan dengan bunyi peluit terakhir, praaaangg.... tiba-tiba kaca perpustakaan yang berada tepat di belakang Rico, pecah berantakan. Semua mata menoleh ke arah Rico. semua orang mengira Rico yang memecahkan kaca tersebut. Semua orang, kecuali Adam.
Setelah kejadian itu, Pak Anton mengumumkan melalui pengeras suara, bahwa para siswa diperintahkan masuk ke kelas masing-masing, sedang Rico dibawa ke ruang guru. Meskipun tidak mengaku bahwa ia yang menyebabkan pecahnya kaca ruang perpustakaan, namun Rico juga tidak dapat membuktikan kalau bukan dia pelakunya. Banyak yang tidak mempercayai perkataan Rico, karena mereka tahu Rico sering berbohong, apalagi saat itu Rico memang sedang membawa pemukul kasti. Semua anak tak berhenti membicarakan nasib Rico, hingga bel pulang berbunyi. Beberapa anak berkata, mungkin saja Rico akan dikeluarkan dari sekolah.
Sepanjang perjalanan pulang, Adam terus memikirkan apa yang baru saja terjadi, Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Adam terlalu takut untuk mengakui kesalahannya sendiri. Selain takut dirinya akan dihukum, Adam ingin membiarkan Rico di anggap bersalah, sebagai pembalasan atas perbuatan Rico padanya kemarin. Tapi hati kecilnya berkata, ini tak adil untuk Rico. Mungkin Rico akan dikeluarkan dari sekolah, karena satu hal yang bukan benar-benar kesalahannya.
Hingga larut malam, Adam tidak  bisa tidur. Tok.. tok, tok, “ Kamu belum tidur sayang?” Terdengar suara mama dari arah pintu. “ Belum Ma..,”. jawab Adam singkat.
Mama Adam membuka pintu, lalu duduk di sebelah Adam. “Anak mama kenapa sih? Sejak tadi siang mama perhatikan, seperti ada yang kamu pikirkan. Coba cerita sama mama, mungkin Mama bisa bantu!” Adam tidak segera menjawab pertanyaan mamanya. Dilingkarkannya kedua tangannya di pinggang mamanya. Mama Adam memeluk anaknya penuh kasih sayang. Memeluk pinggang mamanya selalu bisa membuat Adam merasa tenang.
Setelah perasaannya tenang, Adam mulai menceritakan masalah yang mengganggu pikirannya. Mama mendengarkan cerita Adam dengan penuh perhatian. Sesekali Mama mengangguk-anggukkan kepalanya. Mama Adam tersenyum lembut saat Adam mengakhiri ceritanya.
“Sayang..., Mama senang kamu mau cerita sama Mama. Kalau menurut Mama, sebaiknya kamu berkata jujur. Kamu tahu kenapa? Karena setiap hal yang kita lakukan di dunia ini, harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Dan kamu ingat kan? Setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan oleh Tuhan, tapi kalau kamu mencelakakan Rico, apa kira-kira balasannya?” Ucap mama Adam dengan lembut.
Adam tertegun, merenungkan pertanyaan mamanya. “ Tapi Adam takut Maa..,”.
“ Kenapa harus takut. Adam kan sudah besar, perlu belajar untuk menjadi pria yang bertanggung jawab. Orang yang bertanggung jawab itu, harus siap menanggung segala akibat atas perbuatannya bukan? “ ucap mama sambil tersenyum.
Adam tidak menjawab, tangannya semakin erat memeluk mamanya. “Dengar Sayang..,” kata mama Adam kemudian. “ Kalau kamu tidak berkata jujur, kamu nantinya akan dihantui rasa bersalah. Coba kamu renungkan, bagaimana nasib Rico selanjutnya, kalau dia benar-benar dikeluarkan dari sekolah?”
“ Jadi Adam harus jujur ya Ma?” tanya Adam. “Ya iya dong sayang.... Coba Kamu bayangkan, kalau misalnya Kamu yang ada di posisinya Rico! Kamu harus menerima hukuman, padahal bukan Kamu yang memecahkan kaca itu. Kamu mau tidak?” tanya Mama Adam.
“Iya Ma, Mama benar. Besok Adam akan menceritakan yang sebenarnya sama Pak Ilyas. Adam akan menerima hukuman apapun yang diberikan Pak Ilyas Ma,”
“ Nah begitu, baru anak Mama... Mama bangga, Kamu belajar bertanggung jawab atas apa yang sudah Kamu lakukan. Perlu Mama antar sayang?”
“ Nggak usah Ma, Adam kan sudah besar”
“Wah... Mama semakin bangga sama kamu, sayang... “ Ucap Mama Adam sambil mengecup kening anak kesayangannya. “Ya sudah, sekarang kamu tidur, supaya besok tidak bangun kesiangan”. Ucap mama mengakhiri percakapan. Adam akhirnya dapat tidur dengan tenang.
Keesokan harinya, Adam benar-benar menghadap Pak Ilyas dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Ternyata berkata jujur tak sesulit yang dibayangkan. Hukuman berat yang selama ini ditakutkan Adam juga tak menjadi kenyataan. Adam hanya disuruh mengganti kaca yang pecah dan membantu membersihkan ruang perpustakaan selama satu minggu. Pak Ilyas memaklumi, karena hal tersebut terjadi, bukan karena faktor kesengajaan. Bahkan Adam mendapatkan teman baru sekarang. Rico yang merasa sangat berterima kasih, karena kejujuran Adam, kini menjadi sahabat barunya.


Cerita di atas adalah salah satu cerpen dalam buku kumpulan cerpen yang saya tulis dan diterbitkan pada tahun 2017. Terima kasih sudah membaca. Mohon kritik dan sarannya ya !!

Buku Terjebak di Sarang Penjahat

Judul: Terjebak di sarang penjahat, kumpulan cerpen anak
Penerbit: Penerbit Haekal Inti Pustaka
Pengarang: penulis, Asih Pujiariani ; editor, Nur Hadi ; penyunting, Siti Rofiatun
Tahun: 2018
ISBN: 978-602-61676-4-4

0 Comments: