Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya- Refleksi Diri

 

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya- Refleksi Diri
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya- Refleksi Diri


3.2.a.7. Demonstrasi Kontekstual
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

REFLEKSI DIRI


Selain perannya sebagai pemimpin pembelajaran, guru juga merupakan pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki sekolah. Oleh karena itu, seorang guru juga harus mampu memetakan aset atau modal yang dimiliki sekolah, untuk kemudian mengelolanya sedemikian rupa untuk pencapaian tujuan pendidikan agar mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin. Dalam pengelolaan aset sekolah, salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking).   Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. 

Hasil analisis terhadap 7 kelompok modal menurut Green dan Haines di SDN 2 Banaran menunjukkan, modal yang sudah dikelola dengan baik adalah modal finansial, sedangkan modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal politik, modal lingkungan/ alam, maupun modal agama/ budaya meskipun belum optimal, bukan berarti modal-modal tersebut tidak dimiliki atau sama sekali belum dikelola. Keenam modal tersebut sudah dikelola hanya pengelolaanya belum optimal.

Hal-hal unik dan menarik yang menjadikan SDN 2 Banaran lain dari yang lain antara lain adalah potensi dalam bidang kriya anyam. Telah lebih dari satu kali siswa SDN 2 Banaran mewakili kabupaten Temnggung dalam lomba kriya anyam tingkat provinsi. Selain itu, nama SDN 2 Banaran juga cukup harup dalam bidang pramuka di tingkat kecamatan Gemawang. Selain tidak pernah basen dari 6 besar, kami juga pernah mewakili kecamatan hingga ke tingkat kabupaten. Keunikan lain adalah dukungan komite dan orang tua terhadap program sekolah. Dalam beberapa kegiatan orang tua dan komite, tidak segan untuk turut bergotong-royong demi suksesnya kegiatan yang dilaksanakan sekolah. Keunikan-keunikan tersebut juga merupakan merupakan modal dalam upaya peningkatan kulitas sekolah. 

Mempelajari Modul 3.2 dalam Pendidikan Guru Penggerak memberi saya pencerahan mengenai pengelolaan modal/aset sekolah. Jika sebelumnya dalam pengeloaan modal kami lebih banyak melakukan pendekatan berbasis masalah. Melalui modul tersebut, kami mendapatkan wawasan mengenai konsep yang bertolak belakang. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dalam diri saya. Saya mulai berfikir, demi peningkatan kualitas sekolah pada umumnya dan peningkatan layanan terhadap perserta didik, akan lebih memberi manfaat jika seluruh komponen sekolah memfokuskan diri pada potensi-potensi yang sudah dimiliki. Bertolak dari hal tersebut kemudian potensi-potensi yang ada semakin dikembangkan sehingga pada gilirannya dapat menutupi kekurangan yang ada, dan memberi dampak yang positif bagi sekolah sebagai sebuah komunitas.

Dibandingkan dengan dengan pemikiran saya sebelumnya yang lebih banyak melakukan pendekatan berbasis masalah, saya yakin pendekatan berbasis aset dapat membawa energi positif bagi organisasi. Jika sebelumnya dalam rapat-rrapat lebih banyak dibahas masalah-masalah yang melelahkan bagi jika, dengan pendekatan berbasis aset apa yang dibahas adalah kelebihan dan hal-hal positif yang akan menimbulkan semangat untuk “berbuat lebih” bagi kemajuan diri dan organisasi.


0 Comments: